Danau di Titan. Image credit: NASA/JPL/SSI Meskipun di bulan Saturnus, Titan terdapat danau dan sungai hidrokarbon cair, curah hujan yang terjadi di sana relatif sedikit dan jarang. Menurut data yang dikumpulkan oleh wahana Cassini milik NASA, di sebagian besar bagian Titan mungkin hanya terjadi hujan setiap 1000 tahun sekali. Menurut Dr Ralph Lorenz dari John Hopkins Applied Physics Laboratory (JHUALP), misi baru untuk Titan sedang disiapkan untuk meneliti hal ini. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, suhu permukaan Titan mencapai -179 derajat Celcius. Tapi bukan air yang kita bicarakan, akan tetapi metana, dan hujan yang terjadi adalah hujan metana. Dikutip dari universetoday.com, Sabtu (12/05/2012), Dengan menggunakan sistem prakiraan cuaca yang sama seperti di Bumi, kemungkinan akan terdapat perbedaaan yang signifikan. Pada tahun 2004, Cassini menangkap adanya badai dan kemudian pada tahun 2010 terjadi kembali. Setelah badai, permukaan Titan berubah menjadi area gelap yang menandakan banyaknya cairan di permukaannya. Berdasarkan prakiraan, daerah dekat kutub Titan mendapatkan curah hujan setiap 10-100 jam setiap tahunnya (satu tahun di Titan sama dengan 30 tahun di Bumi). Sedangkan di daerah lainnya hujan hanya terjadi 1000 tahun sekali. (Adi Saputro/ astronomi.us) http://www.astronomi.us/2012/05/di-titan-hujan-hanya-terjadi-1000-tahun.html

Hujan Meteor Quadrantids Hujan meteor Quadrantid adalah salah satu hujan meteor yang terbaik dalam setahun. Jumlah meteor mencapai 100 buah per jam. Asal radian dari hujan meteor ini adalah di dekat rasi Bootes, yang terletak di belahan langit utara. Sedikit berbeda dengan penamaan hujan meteor lainnya, hujan meteor ini dinamakan sesuai dengan rasi yang kini sudah tidak ada lagi. Rasi yang dimaksud adalah Quadran Muralis. Rasi yang ditemukan oleh J. Lalande pada tahun 1795 ini terletak dekat ekor dari Ursa Major, di antara Bootes dan Draco. Rasi ini menunjukkan alat mural quadrant, yang biasa digunakan untuk menentukan posisi benda langit. Rasi Quadran Muralis (Sumber: www.pa.msu.edu) Hujan meteor ini terjadi pada pekan pertama Januari, dengan puncaknya berada pada tanggal 3 Januari. Rasi Bootes akan terbit sekitar pukul 2 dini hari, sehingga hujan meteor ini akan dapat disaksikan dengan lebih baik sekitar pukul 3, setelah arah radiannya sudah cukup tinggi di langit sebelah timur. Mengamati hujan meteor Quadrantids (Sumber: science.nasa.gov) Hujan meteor ini pertama kali diamati pada tahun 1825. Namun posisinya yang berada jauh di utara menyebabkan hujan meteor ini sering tidak dapat diamati dengan baik. Karena di bulan Januari, belahan bumi utara mengalami musim dingin, sehingga langit tidak terlalu bersahabat. Selain itu juga karena puncak dari hujan meteor ini hanya berlangsung sekitar 2 jam saja. Berbeda dengan kebanyakan hujan meteor lainnya, asal material hujan meteor ini tidak diketahui dengan pasti. Dugaannya adalah komet yang menjadi sumber hujan meteor ini sudah hancur sejak lama. Aurora dan meteor-meteor Quadrantids (Sumber: APOD)

Ilustrasi Lunar Modul Apollo 10 mengorbit Matahari. Image credit: Adrian West http://twitter.com/virtualastro Misi Apollo 10 diluncurkan pada 18 Mei 1968. Misi Apollo 10 sukses mengorbit Bulan dan melakukan prosedur docking. Lunar modul yang dibawa oleh misi tersebut yang disebut dengan Snoopy, dikirim untuk mengorbit di sekitar matahari. Setelah 42 tahun, dipercaya bahwa modul tersebut berada pada orbit heliosentrik dan saat ini tim astronom dari Inggris dibantu oleh astronom dari negara lainnya bekerja sama untuk menemukannya. Inisiatif untuk mencarinya datang dari astronom Inggris Nick Howes. Setelah berkonsultasi dengan NASA's Jet Propulsion Laboratory dan beberapa ahli lainnya, Howes mengumpulkan beberapa tim dari Faulkes telescope, Space Exploration Engineering Corp, astronom dari observatorium Remanzacco di Italia, dan beberapa sekolah di Inggris untuk berkerja sama. Dikutip dari universetoday.com, Rabu (16/05/2012), Masalah yang dihadapi adalah kurangnya data orbit yang pasti sejak tahun 1969," kata Howes. Kita telah meminta bantuan Space Exploration Engineering Corp untuk membantu kita menemukan koordinatnya. Area pencarian dalam rentang 135 juta km merupakan tantangan besar yang harus dihadapi. "Dalam pencarian ini mungkin juga secara tidak sengaja akan ditemukan komet atau asteroid baru yang belum pernah dilihat, dan ini merupakan satu nilai tambah," tambah Howes. (Adi Saputro/ astronomi.us)

Setiap bulan April sekitar tanggal 22, jangan lupa untuk mengamati langit dinihari. Saat itu ada peristiwa astronomi menarik sedang terjadi, yaitu hujan meteor Lyrid. Nama Lyrid berarti arah radian meteor tersebut berasal dari rasi Lyra, sebuah rasi di sebelah utara dengan bintang terangnya yang bernama Vega. Jumlah meteor yang bisa kita lihat saat itu adalah sekitar 15 buah per jam. Namun terkadang bisa mencapai 60 buah per jamnya! Meteor adalah peristiwa masuknya batuan ke atmosfer Bumi. Karena bergesekan dengan partikel di atmosfer, batuan tersebut memanas dan terkikis, bahkan memijar. Pijaran inilah yang kita sebut meteor, atau sering disebut dengan bintang jatuh. Kebanyakan meteor dalam sebuah hujan meteor akan terbakar habis di atmosfer karena ukurannya kecil. Tetapi ada juga meteor yang tidak habis di atmosfer melainkan terus turun dan menumbuk permukaan Bumi. Tumbukan ini dapat menghasilkan kawah dan sisa batuan yang ditemukan disebut meteorit. Meteorit ini biasanya bukan berasal dari hujan meteor, tetapi termasuk dalam kelompok meteor sporadis karena ukurannya yang lebih besar. Posisi rasi Lyra dan Vega 22 April pk 3 dinihari Suatu hujan meteor terjadi jika Bumi memasuki area di orbitnya yang memiliki banyak batuan. Dari manakah asal batuan itu dan kenapa jumlahnya banyak? Kometlah yang meninggalkan batuan tersebut. Komet yang sedang mendekati Matahari akan meninggalkan jejak berupa serpihan batuan di lintasannya. Apabila komet tersebut melintas begitu dekat dengan orbit Bumi (atau bahkan berpotongan dengannya), maka kita akan mengalami hujan meteor jika Bumi melewati wilayah itu. Hujan meteor Lyrid diperkirakan berasal dari komet Thatcher, yang ditemukan tahun 1861. Bagaimana cara menikmati hujan meteor Lyrid ini? Persiapannya adalah kita harus cari tempat datar dengan pemandangan langit yang tak terhalang. Lalu tikar/alas untuk tiduran, baju hangat, serta makanan ringan dan minuman hangat juga kalau perlu. Tidak perlu teleskop atau binokular. Hujan meteor adalah fenomena mata telanjang. Memakai alat bantu justru tidak dianjurkan karena meteor adalah objek yang bergerak cepat, kita tidak bisa melihatnya melalui piranti tersebut. Untuk melihat sebuah hujan meteor, kita tidak perlu berkonsentrasi ke arah radiannya saja. Karena meteor justru akan tersebar di segala arah. Oleh karena itu, apabila kita hanya memperhatikan rasi Lyra saja, kita mungkin akan kehilangan kesempatan melihat meteor di sebelah selatan atau arah lain. Inilah mengapa kita harus mencari area dengan pemandangan langit yang seluas-luasnya. Sayangnya, hujan meteor Lyra kali ini berlangsung ketika Bulan sedang dalam fase cembung akhir. Artinya, cahaya Bulan akan sangat mengganggu kenampakan meteor yang redup. Sehingga jumlah meteor yang terlihat jadi lebih sedikit. Walaupun begitu, fenomena ini tetap menarik untuk diamati. Jadi, selamat melakukan pengamatan :) . http://duniaastronomi.com/2011/04/hujan-meteor-lyrids/

Terdapat banyak bintang, nebula, dan gugus bintang yang bisa diamati di langit setiap malamnya. Semua objek tersebut berada di dalam galaksi kita. Di beberapa bagian bintang nampak padat sehingga ketika langit cerah, bersih dari awan, dan kondisi sekitar yang gelap, kita bisa melihat pita berwarna putih yang memanjang dan melintasi beberapa rasi seperti Sagittarius (arah pusat Galaksi), Scorpius, Ophiucus, Aquila, Cassiopeia, Auriga, Crux, dan Centaurus. Sementara di bagian yang lain tampak celah-celah gelap yang menunjukkan adanya materi antar bintang yang tebal. Itulah (bidang) galaksi yang kita tinggali. Bentuknya yang seperti itu kemudian menginspirasi orang untuk menamakannya dengan sebutan Milky Way. Kata galaksi dan milky way itu sendiri diadaptasi dari bahasa Yunani “galaxias” dan Latin “via lactea” dengan kata dasar lactea yang berarti susu. Sedangkan menurut orang Indonesia, galaksi kita diberi nama Bimasakti. Menurut salah satu sumber dari Observatorium Bosscha, sejarah penamaan ini berasal ketika Presiden RI pertama, Soekarno, ditunjukkan citra galaksi oleh salah seorang astronom Indonesia. Ternyata, Soekarno melihat salah satu bagian gelap di foto tersebut menyerupai tokoh Bima Sakti. Namun tidak diketahui bagian gelap mana yang dimaksud. Galaksi Bimasakti dilihat dari Bumi (Sumber: eso.org) Galaksi adalah tempat berkumpulnya bintang-bintang di alam semesta. Hampir tidak ditemukan adanya bintang yang berkelana sendiri di ruang antar galaksi. Dan Matahari termasuk di antara 200 milyar bintang di Galaksi Bimasakti (disingkat dengan Galaksi). Dengan asumsi bahwa rata-rata massa bintang di Galaksi adalah sebesar massa Matahari, maka massa Galaksi dapat mencapai 2 x 10^11 massa Matahari (massa Matahari adalah 2 x 10^30 kg). Bentuk galaksi Bimasakti seperti dua buah piring cekung yang ditangkupkan, bagian tengahnya tebal dan semakin pipih ke arah tepi, dan terdapat lengan-lengan spiral di dalamnya. Oleh karena itu Galaksi kita digolongkan ke dalam galaksi spiral. Berdasarkan klasifikasi galaksi Hubble, galaksi Bimasakti termasuk dalam kelas SBbc. Artinya, Galaksi kita adalah galaksi spiral yang memiliki “bar” atau palang di bagian pusatnya, dengan kecerlangan bagian pusat yang relatif sama dengan bagian piringan, dan memiliki struktur lengan spiral yang agak renggang di bagian piringannya. Gambaran Galaksi Bimasakti Terbaru Gambaran Galaksi Bimasakti terbaru (Sumber: NASA/JPL-Caltech) Jika melihat gambar di atas, mungkin kita akan berpikir bagaimana bisa kita tahu bentuk galaksi kita sendiri sementara kita berada di dalamnya. Caranya adalah dengan perhitungan jarak yang akurat terhadap semua komponen penyusun Galaksi yang dapat kita amati, yaitu bintang-bintang dan bermacam gas dan debu. Dengan mengetahui jaraknya, kita dapat membuat semacam denah Galaksi kita sendiri. Kalau dianalogikan, anggaplah kita berada di sebuah lapangan luas dengan banyak manusia yang tersebar secara acak. Apabila kita punya pengetahuan tentang jarak kita ke setiap orang itu, kita akan dapat membuat plot jarak secara radial. Hasilnya adalah peta sebaran orang-orang tersebut. Karena itulah, kita tidak perlu pergi keluar Galaksi kita untuk melihat bentuknya. Galaksi spiral tersusun atas 3 bagian utama, yaitu bagian bulge, halo, dan piringan. Ketiganya memiliki bentuk, ukuran, dan objek penyusun yang berbeda-beda. Bahkan, bagian bulge dan piringan menjadi penentu dalam klasifikasi galaksi yang dibuat oleh Hubble (diagram garpu tala). Bagian bulge adalah daerah di galaksi yang kepadatan bintangnya paling tinggi. Bintang-bintang tua lebih banyak ditemukan daripada bintang muda, karena sangat sedikit materi pembentuk bintang yang terdapat di sini. Bulge ini berbentuk elipsoid seperti bola rugby. Bintang-bintang di dalamnya bergerak dengan kecepatan tinggi dan orbit yang acak, tidak sebidang dengan bidang galaksi. Dari perhitungan kecepatan orbit bintang-bintang di dalamnya, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat sebuah benda bermassa sangat besar yang berada di pusat Galaksi yang jauh lebih besar daripada perkiraan sebelumnya. Benda tersebut diyakini adalah sebuah lubang hitam supermasif, yang diperkirakan terdapat di bagian pusat semua galaksi spiral. Termasuk juga di galaksi Andromeda, galaksi spiral terdekat dari Galaksi kita. Komponen kedua adalah halo. Berbentuk bola, ukuran komponen ini sangat besar hingga jauh membentang melingkupi bulge dan piringan, bahkan mungkin lebih jauh daripada batas terluar piringan galaksi yang bisa kita amati. Objek yang menjadi penyusun halo dibagi menjadi dua kelompok, yaitu stellar halo dan dark halo. Yang dimaksud dengan stellar halo adalah bintang-bintang yang berada di bagian halo. Namun hanya sedikit ditemukan bintang individu di bagian ini. Yang lebih dominan adalah kelompok bintang-bintang tua yang jumlah bintang anggotanya mencapai jutaan buah, yang disebut dengan gugus bola (globular cluster). Di bagian piringan terdapat bintang-bintang muda serta gas dan debu antar bintang yang terletak di lengan spiral. Banyak ditemukannya bintang muda dan gas antar bintang sangat berkaitan erat, karena gas adalah materi utama pembentuk bintang. Di beberapa lokasi bahkan ditemukan bintang-bintang muda yang masih diselimuti gas, yang menandakan bahwa bintang-bintang tersebut baru terbentuk. Sedangkan banyaknya debu di piringan membuat pengamat di Bumi kesulitan untuk melakukan pengamatan visual di sekitar bidang Galaksi, terutama ke arah pusat Galaksi (lihat gambar di atas). Karenanya, pengamatan di sekitar bidang Galaksi akan memberikan hasil yang lebih baik jika dilakukan di daerah panjang gelombang radio dan infra merah yang tidak terpengaruh oleh debu antar bintang (lihat gambar di bawah). Bimasakti dalam infra merah dekat Galaksi Bimasakti dalam panjang gelombang infra merah dekat (Sumber: NASA-LAMBDA) Seberapa besar Galaksi kita? Di bagian pusat Galaksi, bulge hanya memiliki diameter 6 kpc dan tebal 4 kpc (kpc = kiloparsek, 1 parsek = 3,26 tahun cahaya = 206265 SA = 3,086 x 10^13 km). Jarak dari pusat hingga ke bagian tepi Galaksi (jari-jari) adalah 15 kpc dengan ketebalan rata-rata sebesar 300 pc. Sedangkan Matahari berada pada jarak 8 kpc dari pusat. Di posisi itu, Matahari sedang bergerak mengelilingi pusat Galaksi dengan bentuk orbit yang hampir melingkar. Laju orbitnya adalah sekitar 250 km/detik sehingga matahari memerlukan waktu 220 juta tahun untuk berkeliling satu kali. Jika umur matahari adalah 4,6 milyar tahun, berarti tata surya kita sudah mengorbit pusat Galaksi sebanyak 20 kali. Galaksi kita sebenarnya berada pada sebuah kelompok galaksi yang disebut dengan Grup Lokal, yang ukurannya mencapai 1 MPc dan beranggotakan lebih dari 30 galaksi. Galaksi spiral yang ada di kelompok ini hanya tiga, yaitu Bimasakti, Andromeda, dan Triangulum. Sisanya adalah galaksi yang lebih kecil dengan bentuk elips atau tak beraturan. Grup Lokal ini termasuk kelompok galaksi yang dinamis. Maksudnya adalah bahwa galaksi-galaksi di kelompok ini mengalami interaksi gravitasi, termasuk Galaksi kita dengan galaksi Andromeda. Interaksi tersebut diperkirakan akan mengakibatkan terjadinya tabrakan antara Galaksi kita dengan Andromeda dan kemudian membentuk galaksi elips. Namun tidaklah perlu untuk terlalu khawatir karena peristiwa tersebut baru akan terjadi 2 milyar tahun lagi. http://duniaastronomi.com/2009/03/galaksi-bimasakti/

About this blog

Diberdayakan oleh Blogger.

IYA 2009

Mengenai Saya

Foto saya
Kami adalah Klub Astornomi Polaris yang menjadi Divisi dalam Kelompok Ilmiah Remaja SMAN 38 Jakarta

Geo Country

Testimonial