Kali ini
ada yang berbeda dari pertemuan rutin HAAJ sebelumnya. Ya, di pertemuan biasa pemateri
biasa diisi oleh pengurus-pengurus HAAJ ataupun dari narasumber-narasumber yang
sudah ahli atau pakarnya dalam menguasai materi yang akan ia bahas tersebut.
Dan pertemuan ke 16 ini, HAAJ menampilkan hal yang baru. Yap, pemateri kaliini
berasal dari pelajar muda, dari kami Polaris Astronomy Club SMAN 38 Jakarta
yaitu Adhwa Rana Sausan aka Ketua Kastro kami periode 2015-2016 hehehe.
Oleh karena itu sebelumnya kami telah mempersiapkan pasukan dari anak-anak KIRSTAL (karena Kastro Polaris sendiri merupakan bagian dari KIRSTAL) untuk meramaikan suasana di pertemuan rutin HAAJ. Pasukan kami (untuk selanjutnya sebut saja : Bolangers) yang terdiri dari 16 personil: sang pemateri sendiri;Rana, Hanna, Amel, Tasya, Mefi, Shabrina, saya, Anis, Mujahid, Riqy, Gagas, Novryan, Edwin, Citra dan 2 alumni kami ‘tercinta’, ka Gelion dan ka Dhimas. Hehehe. Perjalanan Bolangers pun dimulai !
Suasana siang hari yang berselimut awan di ibukota tak mengurungkan niat Bolangers untuk mengikuti ceramah sore astronomi di Planetarium Jakarta. Melalui perjalanan KRL Commuter Line hingga sampai di St. Cikini, Bolangers pun berjalan menuju tkp. Di perjalanan, Bolangers singgah sejenak di minimarket untuk mengisi bensin. Sebenarnya lebih pas ‘ngadem ’ daripada jajan di sana. Karena saya sendiri pun cuma ngadem heheh. Setelah itu bolangers tak lupa untuk solat Ashar, karena saat itu sudah sekitar jam 15:30. Setelah solat, Bolangers pun bergegas menuju Planetarium yang kebetulan lokasinya berada di seberang masjid tempat Bolangers solat.
Dan sampailah Bolangers di tempat tujuan. Jam telah menunjukkan pukul 16:00. Seharusnya agenda sudah dimulai, namun karena keterlambatan teknis dari pihak HAAJ akhirnya agenda pun dimulai pukul 16:30. Rana sudah siap dengan materi yang akan ia sampaikan. Sayangnya Bolangers duduk terpisah menjadi 2 koloni (cewe dan cowo). Kami, para Srikandi duduk di barisan depan agar tetap berada di dekat Rana /ea (niat sesungguhnya agar dekat dengan kipas angin. Hehe). Dan ‘bapak-bapak’, mereka duduk di belakang (entah mengapa saya tak tahu alasannya). Yes, akhirnya materi pun dimulai !
Kita, sebagai manusia pasti membutuhkan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tentunya saat ini sangat sulit bagi kita untuk lepas dari bantuan orang lain. Namun apa yang dirasakan manusia pada beratus-ratus tahun silam? Tentunya sangat berbeda dengan kita saat ini karena populasi manusia yang masih sedikit kala itu membuat mereka lebih sering berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Minimnya
interaksi antar manusia kala itu, membuat mereka menjadi lebih dekat dengan
alam. Manusia akhirnya belajar dari alam. Merenung, berpikir kalau alam jauh
lebih besar dari si manusia itu sendiri. Mereka melihat gunung, lautan, dan
langit yang hakikatnya jauh lebih besar dan kuat dari diri mereka sendiri. Dan
muncullah kepercayaan akan hubungan alam sekitar dengan sifat, perilaku, dan
masa depan manusia. Pada zaman dahulu tentunya saat belum ada gedung-gedung
tinggi, perumahan, jalan raya dan polusi cahaya, malam hari pun mereka habiskan
untuk melihat bintang-bintang. Mereka mengamati pergerakan bintang-bintang
setiap malamnya dan menggambarkan pola-pola tersendiri untuk memudahkan
mengetahui pergerakan ‘mereka’.
Dari pergerakan benda langit seperti bintang-bintang, tingkah laku mereka yang nampak di langit membuat manusia kala itu percaya akan adanya hubungan yang sangat dekat antara mereka dengan benda-benda langit tersebut yang dapat mempengaruhi kehidupannya. Nah, dari sinilah mulai muncul cerita-cerita tentang aktivitas benda-benda langit yang dikaitkan dengan prilaku manusia atau biasa kita sebut dengan ‘mitologi rasi bintang’.
Lalu sebenarnya apakah mitologi itu? Istilah mitologi sendiri berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu mýthos dan lógos. Mýthos berarti kisah atau legenda, sedangkan lógos berarti penuturan. Istilah tersebut telah dipakai sejak abad ke-15, dan kurang lebih berati ‘ilmu yang menjelaskan tentang mitos’. Di masa sekarang, mitologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah ilmu tentang bentuk sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan dewa dan makhluk halus di suatu kebudayaan. Jadi, mitologi merupakan ilmu yang menjelaskan tentang mitos yang berisi dongeng suci mengenai kehidupan dewa dan makhluk halus di suatu kebudayaan.
![]() |
Rasi bintang Orion yang sering digunakan dalam mitologi |
Dan apakah rasi bintang
itu? Rasi bintang adalah sebuah konfigurasi gambar yang terbentuk
dari garis-garis khayal yang ditarik dari titik-titik bintang terang
tampak dari bumi. Benda langit seperti bintang, bulan dan planet, sejauh apapun
jarak mereka, terlihat di langit sebagai sebuah gambar datar yang melengkung,
mengikuti bentuk dari langit bumi. Jadi, rasi bintang merupakan konfigurasi
gambar yang terbentuk dari garis-garis khayal yang ditarik dari titik bintang
terang. Pada kenyataannya, konfigurasi gambar dengan pola garis yang ada di
rasi bintang sangat jauh berbeda (yang secara kasat mata sangat sulit
digambarkan), oleh karena itu dalam membuat pola rasi bintang para astronom
zaman dahulu harus berpikir out of the box.
Pada sidang umum Persatuan Astronomi
Internasional pada tahun 1922, secara resmi terdapat 88 nama rasi, seperti,
Andromeda, Aries, Aquarius, Canis Major, Canis Minor, dan lain sebagainya.
Lalu, bagaimana cara membaca suatu rasi bintang tersebut? Untuk melihat atau
membaca suatu rasi bintang, waktu yang tepat yaitu pada saat musim kemarau, di
mana pada saat itu langit
cerah. Untuk lokasinya, di dataran tinggi atau pegunungan yang
sangat minim polusi.
Nah, dari dua pengertian yang ada dapat disimpulkan bahwa mitologi rasi bintang merupakan mitos yang berisi dongeng suci mengenai kehidupan dewa dan makhluk halus yang digambarkan dengan pergerakan bintang-bintang yang telah ditandai dengan suatu pola atau konfigurasi gambar tertentu di suatu kebudayaan.
Seiring
perkembangannya, mitologi rasi bintang sendiri dapat diklasifikasikan dari 3
aspek utama, berdasarkan tempat, waktu, dan agama. Mitologi di
setiap daerah satu dengan yang lain dapat berbeda, misalnya mitologi Yunani
yang sangat berbeda dengan mitologi Cina. Waktu juga sangat mempengaruhi
meluasnya pengetahuan tentang mitologi sendiri, walaupun sudah terkesan kuno namun
mitologi rasi bintang masih dapat diketahui ceritanya hingga saat ini berkat
cerita dari mulut ke mulut oleh nenek moyang kita. Begitupula mitologi
berdasarkan agama, seperti Yahudi, Nasrani dan Islam. Pada masa kejayaan Islam
abad pertengahan contohnya, saat itu perkembangan ilmu pengetahuan sangat pesat
termasuk dalam bidang astronomi dan astrologi(salah satu cabang ilmu ini adalah
mitologi). Ada beberapa ilmuan yang memperdalam Astrologi dalam sudut pandang
Islam. Bahwa astrologi di Islam merupakan hasil penghayatan dan kesadaran lebih
mendalam terhadap alam semesta (termasuk benda-benda langit) sebagai ayat-ayat Allah Swt, sebagaimana
disebutkan dalam ayat: “ Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda
(kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga
jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa
sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? “ (QS. Fussilat/41 : 53). Contoh
sosok mitologi Islam diantaranya Buroq, Dabbad al-Ard, Ya’juj dan Ma’ju, Imam
Mahdi, Dajjal dll.
Rasi bintang sendiri bertambah seiring perkembangan zaman. Sejarah mencatat sejak Horner(abad ke-8) yang menyebutkan beberapa rasi bintang, hingga pada tahun 1922, IAU, dibantu oleh seorang astronom berkebangsaan Amerika Serikat Henry Norris Russell, secara resmi telah menetapkan sebanyak 88 rasi bintang untuk digunakan secara internasional. 36 diantaranya berada pada belahan langit utara dan 52 rasi lainnya berada pada belahan langit selatan. 6 tahun setelahnya IAU juga meresmikan batas-batas wilayah rasi bintang tersebut satu sama lain berkat bantuan dari seorang astronom asal Belgia, Eugène Joseph Delport.
![]() |
Rasi Crux, penanda arah selatan |
Lalu sebenarnya apakah fungsi
dari rasi bintang itu sendiri? Fungsi rasi bintang sesungguhnya bukanlah
untuk mengetahui masa depan manusia, kepribadian seseorang dan kekayaan
seseorang. Melainkan sangat bermanfaat dalam bidang navigasi (rasi Crux sebagai
penanda arah Selatan), pertanian (rasi Waluku sebagai penanda musim panen),
agama, klimatologi (rasi Orion sebagai penanda awal musim dingin dan rasi Lyra
dan Aquila sebagai penanda awal musim panas), tata koordinat, dan masih banyak
lagi.
Ya,
memang sebelumnya saya berpikir mitologi bukanlah hal yang menarik untuk
dibahas. Namun pertemuan rutin kaliini dapat mengubah sudut pandang saya
sendiri mengenai cakupan mitologi yang luas, tidak hanya seperti yang saya
bayangkan sebelumnya bahwa mitologi hanyalah mitos yang kurang menarik untuk
dikaji karena hanya berkaitan dengan horoskop. Dari penjelasan Rana bahwa
mitologi terbagi menjadi 3 aspek utama dan diskusi di sesi ke 2 membuat saya
tertarik untuk mengkajinya dalam sudut pandang yang mungkin berbeda dari
kebanyakan orang. Yakni mitologi Islam dan mitologi Indonesia. Hehehe.
Sebagai pemuda Indonesia sudah selayaknya kita melestarikan cerita-cerita mengenai mitologi asli dari Nusantara agar tidak tenggelam seiring perkembangan zaman. Cerita-cerita itu merupakan sejarah bangsa dan sejarah itu penting agar menjadi pelajaran di masa kini dan lebih maju di masa depan!
Waktu terus berlalu. Pukul 20:00 agenda rutin dwimingguan HAAJ ke-16 pun berakhir, Bolangers kembali berkumpul, bercanda dan bermain, tak lama Bolangers pun meninggalkan ruang kelas lantai 2 dan turun lalu meninggalkan Planetarium. Perjalanan malam Bolangers dipenuhi dengan genangan air dan tanah yang becek. Bolangers menyusuri Jalan Raya Cikini hingga tiba kembali di St. Cikini. Ya, memang ada beberapa dari kami yang pulang terlebih dahulu. Saat itu tersisa 10 orang, Bolangers pulang menaiki KRL Commuter Line dengan tujuan yang berbeda-beda, kami satu gerbong. Dan akhirnya turun di stasiun tujuan masing-masing. Malam minggu yang cukup lelah namun menyenangkan !
Sekian! Thanks!
Assalamu’alaikum Wr.Wb
-Hanifa- SMAN 38 JKT-
0 komentar:
Posting Komentar